A.
Pengertian
Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf
nahi munkar(al-amru bil-ma’ruf wannahyu’anil-munkar) adalah sebuah frasa dalam
bahasa arab yang maksudnya sebuah perintah menyuruh kepada kebaikan dan
mencegah kemunkaran [1].
Dimana beramar ma’ruf nahi munkar ini hukumnya fardhu kifayah. Artinya bila
sudah ada sebagian orang yang melaksanakan maka gugurlah kewajiban tersebut
atas orang lainnya, tetapi bila tidak ada yang mengerjakan dan semua orang
meninggalkan, maka dosalah semua orang yang tidak udzur. Amar ma’ruf terkadang
menjadi fardhu ‘ain, misalnya ketika ia melihat kemunkaran sedangkan tidak ada
yang melihatnya kecuali dia, atau tidak mungkin hilang kecuali dia yang
mencegahnya, atau tatkala melihat istrinya atau anaknya berada dalam kemunkaran.
Allah swt. memerintahkan kepada kita untuk berbuat
kebajikan dan melarang melakukan kemungkaran sesuai firman Allah dalam Q.S Ali Imran : 104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Artinya : Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah
orang-orang yang beruntung.
[217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah;
sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.[2]
Di ayat ini yang dikatakan orang-orang yang yang
beruntung bukan hanya mereka yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar namun juga
mereka yang menuruti ajakan tersebut. Karena sesungguhnya terkadang manusia
bisa saja lupa akan yang dialakukannya sehingga perlulah kita sebagai umat
muslim saling mengingatkan dan menasehati sesuai firman Allah Q.S Al-Ashr : 3
wÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur Îö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ
Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.[3]
B. Ajakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
1.
Ajakan Kepada yang Ma’ruf dan Menjauhi yang Munkar (HR. Muslim)
احَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ. حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ. ح
وحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُشَنَّى. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ.
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ, كِلاَ هُمَا عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ
شِهَابٍ, وَ هَذَا حَدِيثُ أَبِى بَكْرٍ قَالَ: أَوَّلُ مَنْ بَدَأَ بِالْخُطْبَةِ
يَوْمَ الْعِيدِ قَبْلَ الصَّلاَةِ مَرْوَانُ, فَقَامَ أِلَيْهِ رَجُلٌ فَقَالَ:
الصَّلاَةُ قَبْلَ الْخُطْبَةِ. فَقَالَ: قَدْتُرِكَ مَا هُنَالِكَ. فَقَالَ أَبُو
سَعِيدٍ: أَمَّا هَذَا فَقَدْ قَضَى مَا عَلَيْهِ, سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّه صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بَيَدِهِ, فَأِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ, فَأِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ, وَذَلِكَ أَضْعَفُ الأِيْمَانِ.
Artinya: Abu
Bakar bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami, Waki’ menceritakan kepada kami,
dari Sufyan. [Rangkaian sanad jalur lain menyebutkan] Muhammad bin Al
Mutsanna menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada
kami, Syu’bah menceritakan kepada kami, keduanya [meriwayatkan] dari Qais bin
Muslim, dari Thariq bin Syihab -namun redaksi hadits ini milik Abu Bakar-, dia
berkata, “Orang yang pertama kali berkhutbah sebelum shalat pada waktu hari
raya adalah Marwan. Lantas ada seorang laki-laki yang berdiri [untuk menghadap]
kepadanya. Lelaki itu berkata, “Shalat [hari raya itu dilaksanakan] sebelum
khutbah.” Marwan berkata, “Hal itu telah ditinggalkan.” Maka Abu Sa’id berkata,
“Adapun lelaki itu, maka dia telah menunaikan kewajiban atas darinya. Aku telah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa
di antara kalian ada yang melihat sebuah kemungkaran, maka hendaknya merubah
kemungkaran itu dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka hendaknya (merubah
kemungkaran itu) dengan lisannya. Apabila tidak mampu, maka [hendaknya
mengingkari kemungkaran itu] dengan hatinya, dan ini merupakan tingkat keimanan
yang paling lemah.” (HR. Muslim (II/128), At-Tirmidzi (IV/2172), An-Nasa’I
(VIII/111), Abu Daud (IV/4340), dan Ibnu Majah (II/4013) dari hadits Thariq bin
Syihab, dari Abu Sa’id Al Khudri)[4]
Hadits tersebut
menerangkan bahwa orang yang pertama kali berkhutbah sebelum shalat pada waktu
hari raya adalah Marwan. Praktek yang dilakukannya ini mendapat pengingkaran
oleh seorang lelaki diantara mereka dan perbuatan lelaki tersebut dibenarkan
oleh Abu Sa’id yang ada pada waktu itu.
Perbuatan seorang
lelaki dan Abu Sa’id diatas menunjukkan bahwa umat Islam diperintahkan untuk
mengajak saudara-saudaranya sesama manusia, khususnya umat Islam, untuk berbuat
kebaikan yang diperintahkan Allah dan menjauhi kesesatan yang dilarang-Nya.
Mereka yang melakukannya akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan,
sebagaimana dijanjikan oleh Allah swt. dalam Q.S Ali Imran 104 yang sudah kami
jelaskan diatas.
Dalam
melaksanakan amar ma’ruh nahi munkar ini, kita tidak perlu memaksakan
diri misalnya, dengan cara-cara tertentu yang bersifat memaksa, sehingga
mengakibatkan kita celaka.
Seorang mukmin
diperintahkan untuk merespon segala bentuk kemunkaran dengan melaksanakan upaya
dan usaha perubahan. Merubah dari berbuat munkar menjadi berbuat ma'ruf, atau
setidaknya menghentikan perbuatan munkar tersebut. Tingkatan usaha-usaha
tersebut adalah:
a.
Merubah dengan tangan
b.
Merubah dengan lisan
c.
Merubah dengan hati
sesuai sabda Rasulullah saw.
رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
(MUSLIM
– 70) : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Barangsiapa di
antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan
tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak
mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah
iman.”[5]
Sedangkan masalah menurut atau tidaknya orang
yang diajaknya diserahkan sepenuhnya kepada Allah swt. Dia-lah yang berkuasa
menjadikan seseorang mendapat hidayah atau tidak.
Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّكَ
لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ
أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
﴿القصص
: ۵۶﴾
Artinya:
Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
(QS. Al-Qashash: 56).[6]
Pada ayat lain,
Allah swt berfirman:
وَقُلِ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ
فَمَن شَآءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَآءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ.....
﴿الكهف : ۲۹﴾
Artinya:
Dan
katakanlah “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir”…. (QS. Al-Kahfi: 29)[7]
Selain itu,
dalam melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar harus disesuaikan
dengan kemampuan orang yang hendak melaksanakannya, yaitu berilmu, lemah
lembut, sabar, ada kemauan dan kekuasaan, serta harus ikhlas semata-mata karena
Allah.[8]
C. Keutamaan Mengajak Kepada Kebaikan
ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا
إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم ومالك وأبو داود والترمذى)
Artinya:
“ Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw.
Bersabda, “ Barang siapa yang mengajak kepada kebaikan, maka baginya pahala
seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari mereka
sedikit pun dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa
sebagaimana dosanya orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari mereka
sedikitpun.”(HR. Muslim, Malik, Abu Dawud dan Tirmidzi)[9]
Orang yang
mengajak kepada kebaikan akan mendapat pahala orang yang mengerjakan ajakannya
tanpa dikurangi sedikitpun. Begitu pula orang yang mengajak kepada kesesatan
akan mendapat dosa besar dosa orang yang mengerjakan ajakannya tanpa dikurangi
sedikit pun. Ini merupakan berita gembira bagi mereka yang suka mengajak orang
lain untuk mengerjakan kebaikan Allah Swt. Memberikan penghargaan tinggi bagi
mereka yang suka mengajak kepada kebaikan. Tentu saja bila ajakan tersebut
didasari keikhlasan, bukan untuk mencari materi atau kekuasaan dunia.
Sedangkan bagi mereka yang suka mengajak kepada kejelekan
dan kesesatan, mereka akan mendapatkan dosa sebesar dosa orang-orang yang
mengerjakan ajakannya walaupun dia sendiri tidak berbuat. Kalau dia mengajak
orang lain untuk membunuh atau mencuri, misalnya, dia pun akan mendapat dosa
sama dengan orang yang membunuh atau mencuri meskipun dia sendiri tidak
melakukannya.
Selain hadis di atas ada pula hadis yang
diriwayatkan oleh Ibn Jarir
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيْعٍ:
حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ : أَخْبَرَنَا المَسْعُوْدِيُّ, عَنْ عَبْدِ
الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ, عَنِ بْنِ جَرِيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ, عَنْ
أَبِيْهِ قَالَ : قَالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ سَنَّ سُنَّةَ
خَيْرٍ, فَاتُّبِعَ عَلَيْهَا, فَلَهُ أَجْرُهُ وَمِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ اتَّبَعَهُ
غَيْرَ مَنقُوْصٍ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْأً, وَمَمْ سَنَّ سُنَّةَ شَرٍّ,
فَاتُّبِعَ عَلَيْهَا, كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهُ مِثْلُ أَوْزَارِ مَنْ اتَّبَعَهُ
غَيْرَ مَنقُوْصٍ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْأً. (رواه الترمذي )
Artinya:
Ahmad bin Mani’ menceritakan kepada kami,
Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, dari Abdul Malik bin Umair, dari Ibn
Jarir bin Abdullah, dari Ayahnya, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Siapa
saja yang mencontohkan kebaikan, lalu diikuti orang lain, maka ia akan
memperoleh pahala kebaikan itu dan pahala orang-orang yang mengikuti jalannya
itu tanpa dikurangi sedkitpun dari pahala mereka, dan siapa saja yang membuat
jalan keburukan, lalu diikuti orang lain, maka baginya beban dosa seperti dosa
orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa yang mereka
terima.[10]
D. Akibat Mengabaikan Perintah Amar
Ma’ruf Nahi Munkar
Jika tidak ada
usaha dari umat Islam untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, yakni
membiarkan orang-orang yang melakukan kemunkaran bebas berkeliaran tanpa adanya
usaha untuk mencegahnya atau mengajak mereka agar tidak melakukan kemaksiatan
dan kemunkaran tersebut, Allah swt. akan menurunkan azab-Nya dan Dia tidak akan
menerima doa kaum muslimin yang ada di tempat itu. Apabila
kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat , sedangkan
orang-orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari dan membendung kerusakan
tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka secara menyeluruh
baik orang-orang yang jahat maupun orang-orang yang shalih. Firman Allah
“Dan
peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja di antara kamu.Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.[11]
Apabila suatu
masyarakat mengabaikan amar ma'ruf dan nahi munkar serta tidak mencegah orang yang berbuat zalim
dari kezalimannya. Maka Allah akan menimpakan siksaan kepada mereka dengan tidak mengabulkan do'a mereka
يايها الناس ان
الله يقول لكم مروا بالمعروف وانهوا عن المنكر من قبل ان تدعوني فلا اجيب لكم
وتسالوني فلا اعطيكم وتستنصروني فلا انصروكم. (رواه لبن ماجه و ابن حبان)
Artinya :
“Wahai
sekalian manusia. Sesungguhnya Allah Swt berfirman kepada kelian;”Ajaklah
manusia berbuatat kebaikan dan cegahlah berbuat mungkar sebelum datang
saatnya dimana kalian berdua kepada-KU tapi aku tidak mengijabahnya,
kalian meninta kepada-KU,tapi aku tidak mengabulkannya ,kalian memohan
pertolongsn kepada ku,tapi aku tidak akan menolong kalian.(H.R. Ibnu Majah
dan Ibnu Hibban dalam shahihnya dari Nabi Saw)[12]
Orang yang
mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran, tapi dia sendiri tidak melakukannya,
di neraka perutnya terburai
رَسُول اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ
فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ
عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ أَيْ فُلَانُ مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنْ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ
بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَاكُمْ عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
(BUKHARI
– 3027) : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari
qiyamat akan dihadirkan seseorang yang kemudian dia dilempar ke dalam neraka,
isi perutnya keluar dan terburai hingga dia berputar-putar bagaikan seekor
keledai yang berputar-putar menarik mesin gilingnya. Maka penduduk neraka
berkumpul mengelilinginya seraya berkata; “Wahai fulan, apa yang terjadi
denganmu?. Bukankah kamu dahulu orang yang memerintahkan kami berbuat ma’ruf
dan melarang kami berbuat munkar?”. Orang itu berkata; “Aku memang memerintahkan
kalian agar berbuat ma’ruf tapi aku sendiri tidak melaksanakannya dan melarang
kalian berbuat munkar, namun malah aku mengerjakannya”.[13]
Hadis ini memberikan gambaran mengenai siksa
orang yang mengajak kebaikan, tetapi ia sendiri tidak melaksanakan ajakannya,
dan mencegah kemunkaran tetapi ia sendiri mengerjakannya. Hadis ini menjadi bayan
ta’kid (penjelas yang memperkuat) dari firman Allah dalam al-Qur’an surat
ash-Shaff ayat 2-3:
ÏNºtÅ_º¨9$$sù #\ô_y ÇËÈ ÏM»uÎ=»G9$$sù #·ø.Ï ÇÌÈ
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (Qs.
ash-Shaf/61: 2-3).[14]
أَبِى زَيْدٍ أُسَامَةَ بْنِ زيْدٍ بْنِ
حَارِثَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْ لَ اللهِ صعم. يَقُوْلُ :
يُؤْتَى باِلرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ فَيُلْقَ فِى النَّار فَتَنْدَلِقُ
اَقْتَا بُ بَطْنِهِ فَيَدُوْرُ بِهَا كَمَا يَدُوْرُ اْلحِمَارُ فِى الرَّحَا
فَيَجْتَمِعُ اِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُوْلُوْنَ: يَافُلَانُ مَالَكَ أَلَمْ
تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوْف وتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُوْلُ : بَلَى ,
كُنْتُ امُرُ بِالمَعْرُوْفِ وَلاَ اتَيْهِ وَأَنْتَهِى عَنِ المُنْكَرِ وَاتِيْهِ
(رواهالبخارى و مسلم)
Artinya:
Abu Zaid
(Usaman) bin Zaid bin Haritsah r.a. berkata, saya telah mendengar Rasulullah
Saw. Bersabda seorang dihadapkan di hari kiamat kemudian dilemparkan kedalam
neraka, maka keluar usus perutnya, lalu berputar-putar di dalam neraka bagaikan
himar yang berputar-putar disekitar penggilingan, maka berkerumunlah ahli
neraka kepadanya sambil bertanya, “Hai fulan mengapakah engkau, tidak kah
engkau dahulu menganjurkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ?
Jawabannya, Benar, aku dahulu menganjurkan kebaikan, tetapi tidak aku
kerjakan, dan mencegah kemungkaran, tetapi aku kerjakan. “ H.R Bukhari dan
Muslim” [15]
Untuk itu dari
sekarang selalu lakukan amar ma’ruf nahi munkar namun lihat diri kita dahulu
apakah sudah mengerjakan hal tersebut atau belum.
Di antara
hukuman orang yang mengabaikan amar ma'ruf dan nahi munkar adalah berhak
mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah
menimpa Bani Israil ketika mengabaikan amar ma'ruf dan nahi munkar
(#qçR%2¨r crßtF÷èt ÇÐÑÈ (#qçR$2 w cöqyd$uZoKt `tã 9x6YB çnqè=yèsù 4 [ø¤Î6s9 $tB (#qçR$2 cqè=yèøÿt ÇÐÒÈ
Artinya:
Telah dila'nati
orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam.
yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka
satu sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.[16]
[2] Q.S
Ali imran
[3] Q.S
al-ashr
[4] Thariq bin Syihab, dari Abu Sa’id Al khudri, Hadis
Qudsi , hal. 211
[5]K.H
Ali Usman –H.A.A Dahlan-Prof.DR.H.M.D Dahlan ,Hadits Qudsi Pola Pembinaaan
Akhlak Muslim(Bandung:CV Diponegoro,1997), h.373
[6] Q.S. Al- Qashash
[7] Q.S Al-Kahfi
[8] Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah
diterjemahkan oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas- Syarah Aqidah Wasithiyah h.231
[9] Rachmat Syafe’i , Al-Hadis Akidah, Akhlak, Sosial, dan
Hukum, Bandung: Cv. Pustaka Setia, 2003, h. 245.
[10] Muhammad Nashiridin al-Bani, Shahih Sunan At-Tirmidzi
jilid 3, alih bahasa Fakhturrazi, Jakarta: Pustaka Azzam, cet I 2007, h. 95
[11] Al Quran dan
terjemahnya
[12]
K.H Ali Usman –H.A.A Dahlan-Prof.DR.H.M.D Dahlan ,Hadits Qudsi Pola
Pembinaaan Akhlak Muslim(Bandung:CV Diponegoro,1997), h.374
[13] Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-Hadis Muttafaq ‘Alaih, Jakarta
Timur: Prenada Media, cet II 2004, h. 53.
[14] Q.S Ash Shaf
[15] Al-Qasim, Abdul Malik., Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar, alih
bahasa Muhammad Khairuddin, tt, IslamHous.com, 2009
[16] Q.S Al- Maidah
0 komentar:
Posting Komentar