Kamis, 21 Juli 2016

amar maruf nahi munkar

| |



A.    Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Amar ma’ruf nahi munkar(al-amru bil-ma’ruf wannahyu’anil-munkar) adalah sebuah frasa dalam bahasa arab yang maksudnya sebuah perintah menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran [1]. Dimana beramar ma’ruf nahi munkar ini hukumnya fardhu kifayah. Artinya bila sudah ada sebagian orang yang melaksanakan maka gugurlah kewajiban tersebut atas orang lainnya, tetapi bila tidak ada yang mengerjakan dan semua orang meninggalkan, maka dosalah semua orang yang tidak udzur. Amar ma’ruf terkadang menjadi fardhu ‘ain, misalnya ketika ia melihat kemunkaran sedangkan tidak ada yang melihatnya kecuali dia, atau tidak mungkin hilang kecuali dia yang mencegahnya, atau tatkala melihat istrinya atau anaknya berada dalam kemunkaran.
 Allah swt. memerintahkan kepada kita untuk berbuat kebajikan dan melarang melakukan kemungkaran sesuai firman Allah dalam Q.S Ali Imran : 104
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ  
Artinya :  Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.
[217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.[2]
Di ayat ini yang dikatakan orang-orang yang yang beruntung bukan hanya mereka yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar namun juga mereka yang menuruti ajakan tersebut. Karena sesungguhnya terkadang manusia bisa saja lupa akan yang dialakukannya sehingga perlulah kita sebagai umat muslim saling mengingatkan dan menasehati sesuai firman Allah Q.S Al-Ashr : 3
žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#öq|¹#uqs?ur Èd,ysø9$$Î/ (#öq|¹#uqs?ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ ÇÌÈ  
 Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.[3]

B. Ajakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
      1.      Ajakan Kepada yang Ma’ruf dan Menjauhi yang Munkar (HR. Muslim)
احَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ. حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ. ح وحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُشَنَّى. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ. حَدَّثَنَا شُعْبَةُ, كِلاَ هُمَا عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ, وَ هَذَا حَدِيثُ أَبِى بَكْرٍ قَالَ: أَوَّلُ مَنْ بَدَأَ بِالْخُطْبَةِ يَوْمَ الْعِيدِ قَبْلَ الصَّلاَةِ مَرْوَانُ, فَقَامَ أِلَيْهِ رَجُلٌ فَقَالَ: الصَّلاَةُ قَبْلَ الْخُطْبَةِ. فَقَالَ: قَدْتُرِكَ مَا هُنَالِكَ. فَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ: أَمَّا هَذَا فَقَدْ قَضَى مَا عَلَيْهِ, سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بَيَدِهِ, فَأِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ, فَأِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ, وَذَلِكَ أَضْعَفُ الأِيْمَانِ.                                         

Artinya: Abu Bakar bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami, Waki’ menceritakan kepada kami, dari Sufyan. [Rangkaian sanad jalur lain menyebutkan] Muhammad bin Al Mutsanna menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami, Syu’bah menceritakan kepada kami, keduanya [meriwayatkan] dari Qais bin Muslim, dari Thariq bin Syihab -namun redaksi hadits ini milik Abu Bakar-, dia berkata, “Orang yang pertama kali berkhutbah sebelum shalat pada waktu hari raya adalah Marwan. Lantas ada seorang laki-laki yang berdiri [untuk menghadap] kepadanya. Lelaki itu berkata, “Shalat [hari raya itu dilaksanakan] sebelum khutbah.” Marwan berkata, “Hal itu telah ditinggalkan.” Maka Abu Sa’id berkata, “Adapun lelaki itu, maka dia telah menunaikan kewajiban atas darinya. Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa di antara kalian ada yang melihat sebuah kemungkaran, maka hendaknya merubah kemungkaran itu dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka hendaknya (merubah kemungkaran itu) dengan lisannya. Apabila tidak mampu, maka [hendaknya mengingkari kemungkaran itu] dengan hatinya, dan ini merupakan tingkat keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim (II/128), At-Tirmidzi (IV/2172), An-Nasa’I (VIII/111), Abu Daud (IV/4340), dan Ibnu Majah (II/4013) dari hadits Thariq bin Syihab, dari Abu Sa’id Al Khudri)[4]
Hadits tersebut menerangkan bahwa orang yang pertama kali berkhutbah sebelum shalat pada waktu hari raya adalah Marwan. Praktek yang dilakukannya ini mendapat pengingkaran oleh seorang lelaki diantara mereka dan perbuatan lelaki tersebut dibenarkan oleh Abu Sa’id yang ada pada waktu itu.
Perbuatan seorang lelaki dan Abu Sa’id diatas menunjukkan bahwa umat Islam diperintahkan untuk mengajak saudara-saudaranya sesama manusia, khususnya umat Islam, untuk berbuat kebaikan yang diperintahkan Allah dan menjauhi kesesatan yang dilarang-Nya. Mereka yang melakukannya akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan, sebagaimana dijanjikan oleh Allah swt. dalam Q.S Ali Imran 104 yang sudah kami jelaskan diatas.
Dalam melaksanakan amar ma’ruh nahi munkar ini, kita tidak perlu memaksakan diri misalnya, dengan cara-cara tertentu yang bersifat memaksa, sehingga mengakibatkan kita celaka.
 Seorang mukmin diperintahkan untuk merespon segala bentuk kemunkaran dengan melaksanakan upaya dan usaha perubahan. Merubah dari berbuat munkar menjadi berbuat ma'ruf, atau setidaknya menghentikan perbuatan munkar tersebut. Tingkatan usaha-usaha tersebut adalah:
a.       Merubah dengan tangan
b.      Merubah dengan lisan
c.       Merubah dengan hati
sesuai sabda Rasulullah saw.

رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
(MUSLIM – 70) : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.”[5]
 Sedangkan masalah menurut atau tidaknya orang yang diajaknya diserahkan sepenuhnya kepada Allah swt. Dia-lah yang berkuasa menjadikan seseorang mendapat hidayah atau tidak.

Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
﴿القصص : ۵۶﴾
Artinya:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qashash: 56).[6]
Pada ayat lain, Allah swt berfirman:
وَقُلِ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَآءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَآءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ.....
 ﴿الكهف : ۲۹﴾
Artinya:
Dan katakanlah “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”…. (QS. Al-Kahfi: 29)[7]
Selain itu, dalam melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang hendak melaksanakannya, yaitu berilmu, lemah lembut, sabar, ada kemauan dan kekuasaan, serta harus ikhlas semata-mata karena Allah.[8]

C.     Keutamaan Mengajak Kepada Kebaikan

ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم ومالك وأبو داود والترمذى)
Artinya:
“ Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. Bersabda, “ Barang siapa yang mengajak kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari mereka sedikit pun dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa sebagaimana dosanya orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari mereka sedikitpun.”(HR. Muslim, Malik, Abu Dawud dan Tirmidzi)[9]


Orang yang mengajak kepada kebaikan akan mendapat pahala orang yang mengerjakan ajakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Begitu pula orang yang mengajak kepada kesesatan akan mendapat dosa besar dosa orang yang mengerjakan ajakannya tanpa dikurangi sedikit pun. Ini merupakan berita gembira bagi mereka yang suka mengajak orang lain untuk mengerjakan kebaikan Allah Swt. Memberikan penghargaan tinggi bagi mereka yang suka mengajak kepada kebaikan. Tentu saja bila ajakan tersebut didasari keikhlasan, bukan untuk mencari materi atau kekuasaan dunia.
Sedangkan  bagi mereka yang suka mengajak kepada kejelekan dan kesesatan, mereka akan mendapatkan dosa sebesar dosa orang-orang yang mengerjakan ajakannya walaupun dia sendiri tidak berbuat. Kalau dia mengajak orang lain untuk membunuh atau mencuri, misalnya, dia pun akan mendapat dosa sama dengan orang yang membunuh atau mencuri meskipun dia sendiri tidak melakukannya.
 Selain hadis di atas ada pula hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir


حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيْعٍ: حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ : أَخْبَرَنَا المَسْعُوْدِيُّ, عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ, عَنِ بْنِ جَرِيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ, عَنْ أَبِيْهِ  قَالَ : قَالَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ سَنَّ سُنَّةَ خَيْرٍ, فَاتُّبِعَ عَلَيْهَا, فَلَهُ أَجْرُهُ وَمِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ اتَّبَعَهُ غَيْرَ مَنقُوْصٍ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْأً, وَمَمْ سَنَّ سُنَّةَ شَرٍّ, فَاتُّبِعَ عَلَيْهَا, كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهُ مِثْلُ أَوْزَارِ مَنْ اتَّبَعَهُ غَيْرَ مَنقُوْصٍ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْأً. (رواه الترمذي )
Artinya:
 Ahmad bin Mani’ menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, dari Abdul Malik bin Umair, dari Ibn Jarir bin Abdullah, dari Ayahnya, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Siapa saja yang mencontohkan kebaikan, lalu diikuti orang lain, maka ia akan memperoleh pahala kebaikan itu dan pahala orang-orang yang mengikuti jalannya itu tanpa dikurangi sedkitpun dari pahala mereka, dan siapa saja yang membuat jalan keburukan, lalu diikuti orang lain, maka baginya beban dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa yang mereka terima.[10]

D.    Akibat Mengabaikan Perintah Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Jika tidak ada usaha dari umat Islam untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, yakni membiarkan orang-orang yang melakukan kemunkaran bebas berkeliaran tanpa adanya usaha untuk mencegahnya atau mengajak mereka agar tidak melakukan kemaksiatan dan kemunkaran tersebut, Allah swt. akan menurunkan azab-Nya dan Dia tidak akan menerima doa kaum muslimin yang ada di tempat itu. Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat , sedangkan orang-orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari dan membendung kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun orang-orang yang shalih. Firman Allah

“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.[11]
Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma'ruf dan nahi munkar serta tidak mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya. Maka Allah akan menimpakan siksaan kepada mereka dengan tidak mengabulkan do'a mereka

يايها الناس ان الله يقول لكم مروا بالمعروف وانهوا عن المنكر من قبل ان تدعوني فلا اجيب لكم وتسالوني فلا اعطيكم وتستنصروني فلا انصروكم. (رواه لبن ماجه و ابن حبان)
Artinya :
 Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya Allah Swt berfirman kepada kelian;”Ajaklah manusia berbuatat kebaikan dan cegahlah berbuat  mungkar sebelum datang saatnya dimana kalian berdua kepada-KU tapi aku tidak mengijabahnya, kalian  meninta kepada-KU,tapi aku tidak mengabulkannya ,kalian memohan pertolongsn kepada ku,tapi aku tidak akan menolong kalian.(H.R. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya dari Nabi Saw)[12]
Orang yang mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran, tapi dia sendiri tidak melakukannya, di neraka perutnya terburai
رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ أَيْ فُلَانُ مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنْ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَاكُمْ عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
(BUKHARI – 3027) : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari qiyamat akan dihadirkan seseorang yang kemudian dia dilempar ke dalam neraka, isi perutnya keluar dan terburai hingga dia berputar-putar bagaikan seekor keledai yang berputar-putar menarik mesin gilingnya. Maka penduduk neraka berkumpul mengelilinginya seraya berkata; “Wahai fulan, apa yang terjadi denganmu?. Bukankah kamu dahulu orang yang memerintahkan kami berbuat ma’ruf dan melarang kami berbuat munkar?”. Orang itu berkata; “Aku memang memerintahkan kalian agar berbuat ma’ruf tapi aku sendiri tidak melaksanakannya dan melarang kalian berbuat  munkar, namun malah aku mengerjakannya”.[13]
Hadis ini memberikan gambaran mengenai siksa orang yang mengajak kebaikan, tetapi ia sendiri tidak melaksanakan ajakannya, dan mencegah kemunkaran tetapi ia sendiri mengerjakannya. Hadis ini menjadi bayan ta’kid (penjelas yang memperkuat) dari firman Allah dalam al-Qur’an surat ash-Shaff ayat 2-3:
ÏNºtÅ_º¨9$$sù #\ô_y ÇËÈ   ÏM»uŠÎ=»­G9$$sù #·ø.ÏŒ ÇÌÈ  
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (Qs. ash-Shaf/61: 2-3).[14]

أَبِى زَيْدٍ أُسَامَةَ بْنِ زيْدٍ بْنِ حَارِثَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْ لَ اللهِ صعم. يَقُوْلُ : يُؤْتَى باِلرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ فَيُلْقَ فِى النَّار فَتَنْدَلِقُ اَقْتَا بُ بَطْنِهِ فَيَدُوْرُ بِهَا كَمَا يَدُوْرُ اْلحِمَارُ فِى الرَّحَا فَيَجْتَمِعُ اِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُوْلُوْنَ: يَافُلَانُ مَالَكَ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوْف وتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُوْلُ : بَلَى , كُنْتُ امُرُ بِالمَعْرُوْفِ وَلاَ اتَيْهِ وَأَنْتَهِى عَنِ المُنْكَرِ وَاتِيْهِ (رواهالبخارى و مسلم)
 
Artinya: 
Abu Zaid (Usaman) bin Zaid bin Haritsah r.a. berkata, saya telah mendengar Rasulullah Saw. Bersabda seorang dihadapkan di hari kiamat kemudian dilemparkan kedalam neraka, maka keluar usus perutnya, lalu berputar-putar di dalam neraka bagaikan himar yang berputar-putar disekitar penggilingan, maka berkerumunlah ahli neraka kepadanya sambil bertanya, “Hai fulan mengapakah engkau, tidak kah engkau dahulu menganjurkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ? Jawabannya, Benar, aku dahulu  menganjurkan kebaikan, tetapi tidak aku kerjakan, dan mencegah kemungkaran, tetapi aku kerjakan. “ H.R Bukhari dan Muslim” [15]
Untuk itu dari sekarang selalu lakukan amar ma’ruf nahi munkar namun lihat diri kita dahulu apakah sudah mengerjakan hal tersebut atau belum.
Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma'ruf dan nahi munkar adalah berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah menimpa Bani Israil ketika mengabaikan amar ma'ruf dan nahi munkar

(#qçR%Ÿ2¨r šcrßtF÷ètƒ ÇÐÑÈ   (#qçR$Ÿ2 Ÿw šcöqyd$uZoKtƒ `tã 9x6YB çnqè=yèsù 4 š[ø¤Î6s9 $tB (#qçR$Ÿ2 šcqè=yèøÿtƒ ÇÐÒÈ  
Artinya:
Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.[16]





[2]  Q.S Ali imran
[3]  Q.S al-ashr
[4] Thariq bin Syihab, dari Abu Sa’id Al khudri, Hadis Qudsi , hal. 211
[5]K.H Ali Usman –H.A.A Dahlan-Prof.DR.H.M.D Dahlan ,Hadits Qudsi Pola Pembinaaan Akhlak Muslim(Bandung:CV Diponegoro,1997), h.373
[6] Q.S. Al- Qashash
[7] Q.S Al-Kahfi
[8]  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah diterjemahkan oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas- Syarah Aqidah Wasithiyah  h.231
[9] Rachmat Syafe’i , Al-Hadis Akidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum, Bandung: Cv. Pustaka Setia, 2003, h. 245.
[10] Muhammad Nashiridin al-Bani, Shahih Sunan At-Tirmidzi jilid 3, alih bahasa Fakhturrazi, Jakarta: Pustaka Azzam, cet I 2007, h. 95
[11] Al Quran dan terjemahnya
[12] K.H Ali Usman –H.A.A Dahlan-Prof.DR.H.M.D Dahlan ,Hadits Qudsi Pola Pembinaaan Akhlak Muslim(Bandung:CV Diponegoro,1997), h.374
[13] Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-Hadis Muttafaq ‘Alaih, Jakarta Timur: Prenada Media, cet II 2004, h. 53.
[14] Q.S Ash Shaf
[15] Al-Qasim, Abdul Malik., Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar, alih bahasa Muhammad Khairuddin, tt, IslamHous.com, 2009
[16] Q.S Al- Maidah

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Blogger templates

Tentang Saya

Assalamualaikum.....
Saya Ratmadiyah Chaniago
sekarang masih kuliah di UIN SU.
untuk lebih jelas bisa kunjungi my FB: Ratmadiyah Chaniago
bye bye bye :*
Diberdayakan oleh Blogger.

Selamat Membaca :) :*

Pengunjung


 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©